Sabtu, 31 Oktober 2009

Ramses Berlalu, CHITOST I am Coming....



Awal masuk SMA, aku tidak membawa apapun. Surat keterangan lulus belum ada, surat hasil UNASya pengumuman sementara belum ada. Aku datang hanya untuk meminta formulir pendaftaran. Hari ke-2, surat-surat yang aku butuhkan sudah ada, eh,, aku lupa bawa foto. Pendaftaran hari ke-2ku gagal. Hari ke-3, semuanya lengkap. Alhamdulillah aku sudah daftar. Tinggal menunggu dengan penuh kesabaran dan kekhawatiran. Selang beberapa hari, akhirnya aku diterima di SMA pilihan pertamaku, SMA N 2 BOJONEGORO dengan urutan 239. Urutan yang posisinya mengkhawatirkan sebelum pengumuman. NEMku hanya 33,75. Denagn nilai Matematika terendah, yaitu 7,00.

Seperti halnya sekolah-sekolah pada umumnya kegiatan MOS tidak pernah terlewatkan. Diperintah ini itu, pakai ini itu. Dihadapkan denagn banyak peraturan yang sangat terperinci. Sebagai siswa baru, aku hanya patuh saja. Berusaha semaksimal mungkin untuk mematuhi segala tata tertib MOS. Sia-sia, keamanan begitu teliti, nama mejaku dilempar ke lantai, tas kardusku diukur panjang, lebar, dan tingginya. Seluruh siswa keluar, dibentak-bentak. Aku tidak begitu memerdulikan, yang ada di benakku saat itu adalah “ apa mereka nggak lapar teriak-teriak terus???”


Aku masuk di kelas X-1 Teman yang pertama kali aku kenal adalah Yenny Nur Muharida yang saat ini ada di kelas XI-IA 4. Orangnya lucu, cerewet, dan tak jarang agak lebai ( melebih-lebihkan sesuatu). Kamipun duduk satu bangku, di bangku paling belakang, baris kedua dari arah barat. Di sampingku, di barisan bangku ketiga dari arah barat juga, ada Aqli, siswi SMP N 1 Bojonegoro. Dia adalah cewek tercantik di kelas X-1, menurutku. Rambutnay panjang, pita rambutnya, cara bicaranya, makan, berjalan, aku bemar-benar kagum. Dia seorang gadis yang begitu memperhatikan penampilan. Tidak jarang aku curi pandang untuk melihatnya. Mengagumi betapa cantiknya dia “ Subhanallah, cantiknya Ya Allah. Benar-benar cantik” kata hgatiku yang selalu bersuara ketika aku diam-diam menatapnya. Aku baca nama badannya,” AQLI NUR AINI” nama yang cantik secantik orangnya. Begitulah kau, mudah seklai kagum.

Suasana kelas masih sangat asing. Aku belum mengenal mereka. Sulit bagiku untuk dekat dengan mereka. Aku rasanya pingin balik ke SMP.. Berhari-hari, berminggu-minggu dan berbulan-bulan, akhirnya aku mampu mengenal mereka. Tahu apa kebiasaannya, hobinya, rumahnya, dan sebagainya. Aku bahagia sekali mengenal mereka. Aku baru mengerti apa artinya sahabat, apa artinya punya teman. Sahabat benar-benar berarti dalam hidup ini. Aku sangat menyayangi mereka, meskipun terkadang atau bahkan sering aku tidak memerdulikan mereka. Aku memang agak cuek orangnya. Tapi, kita akan merasa vetapa berartinya mereka ketika kita pernah kehilangan mereka.

Malam itu, sebelum penerimaan raport untuk terakhir kalinya aku melihat mereka utuh dalam jalinan persahabatan Ramses( Republik Angkatan Muda Sepuluh Satu). Dihadiri oleh seluruh Ramsester( sebutan anggota Ramses Cominity) yaitu Upik, Anita, Aqli, Eva, Zevi, Wida, Arfilia, Ardiana, Tari, Evika, Liza, Nurma, Dela, Ova, Estin, Elaine, Yenny, Atub, Yoyok, Arsyi, Bagus L., Tri, Ivan, Antok, Yogo, Efendi, Alfian, Pandu, Kukuh, Bagus P., Arif, dan yang terakhir Rodli,, kecuali Bintang dan Arinda. Estin ketua kelas yang saat sambutan selalu memakai kata “dan”, Arsyi yang pidatonya lamanya minta ampun dan yang terakhir adlah Liza. Aku benar-benar tidak ta`hu kalau malam itu adalah malam terakhir aku melihat dia makan, tersenyum dengan penuh keceriaan, foto bareng. Dia meminjamiku mukenah untukku sholat maghrib “ki umi, ape sholat to???” Aku memang sering disapa Umi. Dan Liza selalu memanggilku dengan sapaan itu. Bodohnya aku tidak mengamati wajahnya, memandang matanya, dan bilang kepadanya kalau aku bahagia punya sahabat seperti dia. “ Maeme lo, anyep ya. Gak enek rasane” ucapnya, sambil mengotak-atik makanan yang ada di depannya.

Kata Ayahku 40 hari sebelum seseorang meninggal dia sudah merasa kalau Allah akan memanggilnya. Rohnyapun seperti sudah akan dan segera ingin keluar dari jasadnya tapi belum waktunya. Begitu bodoh kenapa aku tidak merasakan apa-apa........

Paginya penerimaan raport, agak telat datangnya. Setelah aku dari ruang guru, aku datang ke kelasku. “ Sopo En, sing ringking siji?” tanya Ova. “Alhamdulillah...” Belum sempat aku melanjutkan jawabanku, Ova menyahut “ Yo mesti, to nek gak Eni Sopo neh..” Aku hanya tersenyum. “ Iyo, mi? Selamat, ya!!!” kata Liza sambil tersenyum. Dan itu adalah saat terakhir aku tersenyum, mendengar suara dan berjabat tangan dengannya. Bodoh sekali, aku juga belum merasakan bahwa dia akan pergi

Time to holiday.......

Saat libur, seperti biasa tiap pagi, cuci baju, selesai nyapu. Hari Senin, 4 hari sebelum Liza meninggal. Tiba-tiba aku melantunkan lagu yang biasa disenandungkan sebelum jenazah disholati. Akupun bingung kenapa tiba-tiba aku menyanyikan lagu itu. Siapa yang akan meninggal??? Aku tidak begitu menghiraukan, mungkin hanya perasaanku saja. Hari Selasa, sama tepat aku cuci baju, bibirku melantunkan lagi itu lagi.. Ya Allah, ada apa?? Siapa yang akan meninggal?? Untuk yang kedua kalinya aku tidak memperdulikan firasatku itu. Rabu, tetanggaku meninggal. Kamis, tidak terjadi apa-apa. Jumat, selesai cuci baju tiba-tiba aku ingin pergi ke WarNet mengerjakan jurnalistik. Akupun berangkat.. Sepulan dari warnet, aku buka hp, ternyata ada 9 sms. Ibu Bapakku tidak tahu, karena sedang dicess.. Sms pertama aku buka “innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Teman kita Liza Anzila meninggal” Aku masih belum percaya. Aku sms ke-2, ke-3, dan seterusnya.. Isinya sama yaitu kabar Liza meninggal karena kecelakaan. Ini sepetti mimpi, mimpi yang sangat buruk. Bahkan saat aku tidurpu aku tidak percaya bahwa Allah telah memanggilnya.. Satu pertanyaan yang sering ada di benakku ketika mengingatnya “ LIZ, APA KAMU BAHAGIA??”

Yang berlalu, biarlah berlalu. Yang hidup harus meneruskan hidupnya...

Aku masuk IPA, pilihan pertamaku saat angket penjurusan dibagikan. Sebenarnya aku pingin Bahasa.. Di IPA aku tahu, aku akan bertemu dengan Fisika 4 jam, Biologi 4 jam, dan Kimia 5 jam, serta Matematika 4 jam dalam seminggu. Benar-benar membuat pening kepala. Tapi aku ingat kata Dumbledore “ Hidup iti tidak ditetntukan oleh kehebatan dan kemahiran kita, tetapi oleh pilihan kita” ujarnya saat menasehati Harry Potter di film ke 2nya, The Chamber Of Secrets. Itulah yang membuat hatiku kuat, dan aku yakin, aku dan pilihanku adalah yang terbaik...

Setahun berlalu, aku kini kelas 11, tepatnya XI-IA 2. Awalnya aku tidak betah pingin balik ke kelasku yang dulu. Masih sangat asing, belum merasakan kenyamanan apapun. Untungnya, ada Ani, Dimas, teman-teman zig-zagku, anak-anak kos Nirwana yang sebelumnya aku kenal, cukup dekat. Setelah berminggu, aku baru merasakan kebahagiaan. Aku bersukur masuk kelas IA2, mereka baik dan tak kalah narsis dengan kelasku dulu. Setelah kenal satu sama lain, merasa seperti sebuah keluarga,, waktunya untuk membuat nama keluarga baruku.. C HI TOST (Community High Teen Schooll Of Scince 2). Ku harap persahabatan ini akan tetap terjalin, dan tentunya semakin dekat. Allah memang selalu memberiku yang terbaik... Di kelas XI ini aku dan seluruh arek kelas XI disuruh buat facebook. Bisa dibilang aku ini cewek ketinggalan zaman. Masak dulu baru buat fs, belum begitu mahir sudah ada fb, baru buat fb sudah ada twitter. Aku belum begitu bisa mengotak-atik facebook. Memang agak merubah gaya hidupku, aku lebih sering ke warnet. Warnet sekolahan maksudnya. Gratis..tiss.. Senengnya bisa ngenet gratis.. Tapi itu tergantung guru yang ada di ruang TIK saat itu. Alhamdulillah ada pak Joko, baik orangnya.. Aku diizinkan ngenet 3x berturut-turut. Semoga semua guru Tik semuanya seperti Pak Joko.. AAAMIINN

0 Comments:

Post a Comment