Selasa, 15 November 2011

Cinta Itu Sederhana, Tapi….??

Sahabatku bercerita tentang cintanya. Kemudian aku menulisnya.

Cintaku rumit seperti benang yang tersangkut di kaki meja dan tak tahu dimana ujungnya. Khawatir benang ini kan mencekikku kelak. Kekasihku dua orang. Brengsek bukan? Aku tahu yang aku lakukan salah dan aku sadar aku sedang menyakiti hati mereka, termasuk hatiku sendiri dan akan lebih sakit lagi bila mereka mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Kesalahan yang sangat fatal lagi adalah aku tidak tahu mana yang aku cinta. Aku hanya mengerti kalau mereka mencintai aku.
Terkadang hati ini lelah. Lelah karena terkurung pagar kemunafikan dan terperangkap kamar perasaan bersalah karena menduakan laki-laki yang begitu mencintai aku. Kemudian aku teringat pertanyaan sewaktu SMA, “Kamu pilih dicintai atau mencintai?”. Banyak yang menjawab, “Aku pilih dicintai”. Dicintai bagi kaum hawa adalah suatu kata yang begitu menyejukkan hati dan melonggarkan nafas kehidupan. Kenapa tidak? Dengan dicintai banyak kemungkinan tidak akan sakit hati karena si dia benar – benar menjaga kita dan hatinya. Itu yang aku rasakan sekarang. Tapi apakah aku sendiri bisa menjaga hati ini. Hati yang putih, suci, dan tulus telah tersakiti beberapa tahun silam hingga aku tidak tahu lagi bagamana mencintai, apa itu mencintai dan bagaimana cara menjaga hati.
Aku tidak bisa bersungguh – sungguh ketika berhubungan sejak saat itu. Aku menyayangi kekasihku secara wajar. Tidak ada kalimat “Aku sangat mencintaimu. Aku takut kehilangan kamu. Jangan pernah tinggalkan aku”. Perasaan ini datar – datar saja. Sedikit bahagia memang tapi aku tidak takut kehilangan mereka, “Kalau toh harus putus ya putus aja. Terserah”. Tidak ada bentuk usaha untuk mempertahankan merka ataupun salah satu di antara mereka. Mereka yang berusaha mempertahankan aku dan membuatku percaya betapa besar cinta mereka padaku. Aku bisa merasakannya.
Mereka berdua laki – laki baik dan menyayangi aku tulus dari hati. Tapi aku? Aku malah bingung dengan perasaan ini. Membuat cinta ini semakin rumit. Cinta itu sederhana sebenarnya. Tertuju pada dua kata “bertahan untuk setia”.
Tanpa sadar air mataku menetes di pipiku. Menangisi diriku sendiri dan bertanya, “Mengapa kamu seperti inii?”. Apa yang terjadi pada masa laluku benar – benar membekas dan sulit mengubah persepsiku tentang kaum Adam.
Laki – laki menurutku tak lebih hanya seorang pembual. Tidak bisa dipercaya. Sesungguh apapun ia mengatakan perasaanya, tetap saja aku sulit untuk percaya mutlak. Setengah hati aku mempercayai mereka.
Aku hanya bisa diam dan membiarkan perasaanku berjalan sesukanya dalam kehidupan hatiku. Aku tidak bisa mendoktrinasinya untuk mencintai. Siapa laki – lai yang kelak akan melahirkan cinta di hatiku untuknya?
Wallahu a’lam Bis Showaab

2 Comments:

  1. Djibrat Asmara said...
    cakep bener,, unik menulid crita orang lain,,
    Assalamu'alaikum Dunia! said...
    masih aktif di blog?

Post a Comment